Kisah cinta romantis secara ekslusif hanya milik wanita cantik seksi dan pria gagah nan tampan. Titik?


Flash back ke jaman SMP. Waktu itu valentine adalah hari yang paling menyebalkan buat saya, alasannya standard lah, karena saya jomblowati yang memiliki masalah self esteem  saat itu (salahkan majalah remaja keparat yg merusak konsepsi tentang “cantik”). Jujur saat itu saya merasa minder dengan bentuk betis dan pantat, kalo kata  majalah remaja saat itu, “harus”nya betis itu panjang dan lurus, pantat itu jangan sampe bisa buat boncengan. Anyway, tiap bulan Februari menjelang hari Valentine, pasti kawan-kawan yang kecentilan itu sibuk mempersiapkan hari H. Ada yang sibuk nyari kartu, kado boneka, cokelat, segala tetek bengek komersil yg dikaitkan dengan hari kasih sayang.
Value sesorang dihari yang menyebalkan itu ditentukan dari seberapa banyak kado valentine yang didapat, sekeren apa hadiah valentine dari si ehemnya. Selain kesibukan perantal perintil gak penting buat nunjukin ayang ayangan itu, fokus kami pastinya tertuju pada kembang dan kumbang SMP (baca wanita dan pria yg popular/idola sekolah). Mereka cantik dan ganteng pastinya dong. Kembang pasti pacaran ama kumbang, biasanya begitu. Kisah cinta mereka jadi buah bibir dan diam-diam menjadi konsep ideal tentang pacaran dan calon pacar. Sosok idola sering menjadi tolok ukur.
Ya, walaupun saya tidak suka Valentine tapi saya suka mengkonsumsi gossip terbaru pasangan sejoli itu dan indahnya cerita cinta mereka. Dalam hati, nanti pacar saya juga bakalan  ganteng, tinggi, putih, bibirnya merah, pintar, dan suka ngasih boneka seperti idola saya. Setiap jam istirahat dia akan rajin ngasih surat cinta yang dititipin sama temennya yg diunderdog buat jadi messenger. Jaman dulu kan belum ada HP, jadi kalau dapat surat cinta memang berjuta rasanya. Sosok dua sejoli yang ganteng dan cantik itu melekat sekali di benak saya, sampai suatu hari Valentine, saya merasa sangat terpukul dengan satu realita baru.
Bayangkan!! Ada sejoli lain yang tidak kalah hotnya dengan si kembang dan kumbang sekolah dalam urusan public display affection. Tapi bedanya dua sejoli ini dari segi fisik gak masuk katergori cantik dan ganteng versi majalah remaja keparat itu. Sosok pria ini bantet, pake kaca mata, nerd banget, dan garingnya cukup memprihatinkan. Sosok wanitanya agak susah untuk dideskripsikan, karena saya lupa-lupa ingat, tapi saya ingat dia suka ingusan karena sinusitisnya parah, dan yang paling menjijikan, dia senang sekali menyeka tangannya ke rok atau meja setelah membersihkan ingus dengan tangan kosong. Nah, suatu hari, saya lihat mereka sedang bertukar kado, bercanda manja, asik sekali tampaknya di pojokan ruangan, dan terlihat sekali mereka sedang sangat jatuh cinta. Tapi yang ada dalam benak saya saat itu, ih…menjijikan dua orang itu.
Pernahkan  Anda membayangkan Mandra berasyik masyuk dengan Tamara Blezinski? Jujur saja, entah mengapa hingga detik ini, selain kisah cinta sendiri, yang bisa dibayangkan dengan sangat indahnya dan membuat penasaran adalah kisah cinta dua sejoli yang setara keindahan fisiknya dengan konsepsi majalah trend fashion internasional. Pernahkan terbesit di benak Anda, ketika melihat pasangan AM (anugrah musibah), “kok bisa ya dia milih pasangan kayak gitu? Kelilipan tabung gas elpiji 3kg kali matanya?”
Kesadaran bahwa perasaan cinta terlepas dari pengkotak-kotakan bentuk fisik manusia tertimbun oleh memori foto-foto model yang rupawan dan jelita dan hasrat akan mencapai level “kesempurnaan” seperti mereka. Konsepsi yang dibentuk oleh majalah-majalah trend fashion tidak dapat dipungkiri telah mengikis rasa kemanusiaan dan kemampuan bersimpati saya terhadap dua perkutut, maksud saya, dua sejoli yang bukan idola sekolah tadi. Cinta adalah kebutuhan manusia, besar, kecil, kaya, miskin, rupawan, a-rupawan. Dan siapapun berhak mendapatkan cinta. Namun demikian, demi Tuhan dan alam semesta ini, saya tidak akan mampu menonton filem Titanic lebih dari 10 kali, bila tokoh utama dimaikan oleh Mandra dan Sutikarno. Adakah diantara Anda yang bisa memprogram ulang otak saya? Demi kemanusiaan, ini adalah salah satu bentuk virus akal budi.

Stimulan bagi teman-teman yang ingin mengetahui apa saja yang termasuk dalam katergori virus akal budi (Viruses of the Mind, author : Richard Brodie – Is a must read of all time)

Comments

Popular posts from this blog

Rindu Bali yang dulu

Ignorance is a bliss. Really?

Show Me The Way To Surrender