Menyusui

Pengalaman ibu ASI

Ternyata menyusui itu bukan perihal yang mudah. Wanita yang mengandung dan melahirkan anak belum tentu serta merta bisa menyusui dengan lancar sejak hari pertama menjadi ibu baru. Bagi sebagian orang, hari hari pertama menyusui adalah perjuangan di level yang berbeda. Sebagian wanita mengalami frustasi karena merasa diri tidak mampu memenuhi kebutuhan bayinya, dan orang orang di sekelilingnya yang tidak paham apa yang harus diperbuat akan merasakan frustasi juga. Tangisan bayi membuat orang orang di sekelilingnya merasa harus berbuat sesuatu, bahkan panik. Level kortisol yang meningkat ketika mendengar tangisan bayi membuat sebagian orang tidak nyaman. Bagi seorang ibu baru, perasaan yang berkecamuk antara ingin memenuhi kebutuhan paling dasar sang bayi dan perasaan bahwa dirinya sedang dinilai orang lain membuat dirinya semakin panik dan kehilangan intuisi, sehingga ia kehilangan momen untuk memahami tahap tahap menyusui.

Ibu baru harus merasa tenang dan nyaman dengan lingkungannya, barulah ia akan dapat membaca intuisinya. Kemampuan menyusui tidak serta merta mengalir begitu saja, sama halnya seperti belajar mengendarai sepeda, hampir semua orang akan mengalami kegagalan di awal proses belajar. Yang paling penting adalah dukungan moral dari orang sekitar dan tekad sang ibu untuk menyusui. Jika sang ibu tidak mendapatkan kedua hal tadi ditambah dengan informasi yang tidak tepat, sang ibu akan gagal menyusui anaknya. Kecuali sedari awal sang ibu sadar akan pilihannya untuk tidak menyusui, maka akan berbeda situasinya. 

Ketika bayi lahir, banyak yg membayangkan bahwa bayi itu tidak makan selama sembilan bulan dalam kandungan, maka itu pasti ia sangat lapar dan akan meminta banyak air susu ibunya. Salah kaprah besar. 

Bayi yang baru lahir lambungnya hanya sebesar kacang polong. Volume produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan sang bayi. Maka itu di hari pertama menyusui, produksi ASI hanya beberapa tetes saja (kurang dari 5 mililiter). Banyak ibu baru yang khawatir ketika mengetahui volume ASI di awal menyusui tidak banyak (seperti ibu lain yang ASInya mengalir deras). Hal ini karena banyak ibu tidak mendapatkan informasi yang tepat. Seiring dengan pertumbuhan sang bayi, volume ASI akan meningkat. Hubungan antara ASI dan bayi sangat rumit, semakin sering menyusui, maka jumlah ASI yang dihasilkan pun akan semakin banyak. Tidak ada payudara yang menghasilkan ASI yang terlalu sedikit. Bentuk dan ukuran payudara tidak berpengaruh pada volume produksi ASI.  Semua ciptaan Tuhan sudah sempurna, kita hanya tinggal mengimani saja. 

Ketika mulut bayi melekat pada payudara sang ibu, maka proses produksi ASI sudah dimulai dari situ. Gerakan tangan bayi menyentuh payudaya ibu, isapan mulut bayi, hormon yang dikeluarkan bayi, semuanya merangsang produksi ASI. 

Ibu baru dan bayinya butuh waktu untuk membaca satu sama lain. Ibu baru butuh waktu untuk menyendiri bersama bayinya untuk dapat lebih jernih membaca intuisinya. Ibu baru yang tenang dan merasa nyaman akan dengan lebih mudah menyusui bayinya. 

Comments

Popular posts from this blog

Rindu Bali yang dulu

Ignorance is a bliss. Really?

Show Me The Way To Surrender