Diam itu emas. Benarkah?
Dulu saya pernah berpendapat bahwa kehidupan para pertapa, para bikshu atau pendeta adalah hal yang sangat egois. Bagaimana tidak, mereka terlihat seolah olah tidak peduli dengan apa yang terjadi di luar dirinya. Di luar sana ada banyak ketimpangan sosial, kemiskinan, kekerasan, perusakan alam dan sebagainya, namun para hermit ini seolah tidak bergeming atau tidak menunjukan kepedulian terhadap segala fenomena yang membuat hati kebanyakan orang bergejolak oleh amarah. Mereka justru sibuk dengan segala puja puji dan doa doa saja. Memangnya segala macam masalah bisa reda tanpa keterlibatan langsung manusia, yang dianugrahi akal budi, sehingga memiliki tanggung jawab sebagai pemelihara. Itu pendapat saya, dulu. Ketika terpanggil untuk merespon satu tragedi kemanusiaan, sesegera mungkin kita ingin melakukan sesuatu, bahkan merasa gelisah hingga frustasi ketika tidak tahu apa yang harus dilakukan pada awalnya. Alih alih mengamati dengan seksama setiap variabel dan sejarah yan...