Cinta Tidak Mengenal Jenis Kelamin
Segala sesuatu yang pada tempatnya dan tepat guna adalah indah, adalah selaras. Bila Anda setuju dengan pernyataan tadi, kira-kira penerapannya apakah akan hanya terbatas dalam lingkup desain interior dan eksterior saja? Berbicara pun harus pada tempatnya dan tepat guna. Bahasa adalah instrument komunikasi yang terbentuk untuk mentransfer ide dari satu orang kepada orang lainnya, agar dapat terjadi saling memahami antara satu dan lainnya. Berpakaianpun harus pada tempatnya dan tepat guna. Selain itu? Bagaimana dengan manusia itu sendiri? Bagaimanakah manusia yang tahu menempatkan dirinya dan dapat menjadi berguna?
Saya tergelitik dengan penyataan “cinta tidak mengenal jenis kelamin”. Iya, cinta itu perasaan, bisa dituangkan dan diluapkan kepada objek apapun, entah itu manusia lain, profesi, pekerjaan, binatang, ah apapun lah.
Saya tergelitik dengan penyataan “cinta tidak mengenal jenis kelamin”. Iya, cinta itu perasaan, bisa dituangkan dan diluapkan kepada objek apapun, entah itu manusia lain, profesi, pekerjaan, binatang, ah apapun lah.
Setiap benda yang tercipta di muka bumi ini memiliki fungsi. Pernahkah terfikirkan apa sih fungsi payudara pada tubuh laki-laki? Penelitian membuktikan bahwa dalam DNA manusia, kromosom awal setiap embrio adalah XX sebelum akhirnya terbentuk menjadi XX atau XY, sehingga setiap embrio manusia, pada awalnya adalah “wanita”. Itulah penjelasan mengapa semua manusia memiliki dua puting susu. Yang kemudian akhirnya berfungsi secara optimal adalah puting susu pada manusia dewasa berjenis kelamin wanita. Ya, semua organ tubuh wanita memiliki fungsi, namun tidak halnya dengan laki-laki. Namun Anda bisa memberitahu saya bila memang ada organ tubuh wanita yang tidak memiliki fungsi. Saya menganjurkan untuk tidak mencabut rambut di ketiak Anda atau di area genital Anda karena, hey, rambut tersebut memiliki fungsi.
Tidak ada hubungannya dengan baik atau buruk, ini hanyalah fenomena alam yang menurut saya menarik dan hampir lucu. Lantas apa hubungannya dengan penyataan “cinta tak mengenal jenis kelamin”? Ada hubungannya dengan fungsi regenerasi. Secara normatif, hal ini bisa menimbulkan pro kontra dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Saya pernah membahas bahwa apapun yang tidak sesuai dengan tatanan masyarakat saat ini, akan dianggap sebagai ancaman, dianggap tabu, namun saya tidak akan membahas hal itu.
Sekali lagi fungsi, bila fungsi regenerasi tidak berjalan dengan semestinya, maka akan berdampak pada angka statistik dalam demografi. Akankah berdampak pada jumlah populasi penduduk berjenis kelamin pria dan wanita? Akankah mengurangi jumlah penduduk? Rasanya kalau dihubungkan dengan angka statistik populasi dunia yang semakin membengkak, pernyataan “Cinta tak mengenal jenis kelamin” seharusnya jadi slogan pemerintah dibawah BKKBN untuk mengendalikan jumlah penduduk (sepertinya ini cocok untuk negara Cina yang notabene Negara Komunis-lain halnya dengan Negara yang “beragama”, politisi pelobi kebijakan ini akan habis babak belur dilempari telur busuk). Tapi saya lebih memperhatikan dampak evolusi dalam diri atau tubuh manusia itu sendiri. Kalau teori tentang tulang ekor manusia itu benar, maka akan ada perubahan bentuk atau susunan tubuh di kemudian hari sehubungan dengan fungsi organ-organ yang tidak lagi terpakai, ya organ reproduksi. Karena ada orgasme, maka ada kegiatan seksual yang dapat berujung pada kehamilan. Orgasme adalah insentif yang diberikan oleh alam semesta agar manusia mau beranak pinak, itu teori saya.
Segala sesuatu yang tidak pada tempatnya dan tidak tepat guna tidaklah indah, tidaklah selaras, untuk saat ini. Tidak tahu apa yang akan kita pikirkan nanti ketika terlahir manusia laki-laki tanpa scrotum yang menghasilkan sperma. Mungkin pernyataan “cinta tak mengenal jenis kelamin” tidak akan ditanggapi dengan gegap gempita seperti layaknya sekarang. Ah, serahkan saja pada mekanisme hukum alam. Apapun fenomenanya, alam hanya berupaya untuk menjaga keseimbangannya, lebih baik kita berserah diri pada alam semesta dan tidak perlu merasa lebih berhak untuk menentukan apa yang baik atau buruk, karena benar dan salah, adanya sudah jelas, yaitu di dalam hati nurani manusia.
Comments
Post a Comment