Posts

Showing posts from 2011

TIGA NADA

PASIR HISAP Dari sebrang terlihat Semakin jauh terperosok Terserap jurang pengingkaran Semakin dalam semakin tampak bodoh Bak pasir hisap Siapa tak raih terang Sadar tak kunjung datang Diam...... Dengarkan.... Akui..... Titik terang ke jalan keutuhan Ubud, 2011 Hidup di kota besar akan sangat mudah kehilangan jati diri demi pengakuan dari manusia lain, yg tidak dibutuhkan. Jiwanya menjadi kerdil oleh materi. TEMPAT ASING YANG TAK ASING Pernahkah berada di suatu tempat Yang tak asing bagimu Menghangatkan tubuh Bermain Berteduh Berlindung Bersenda gurau Di tempat yang tak asing bagimu Sekian lama tak berkunjung Tempat yang sama, kian asing rasanya Tetap hangat tapi Tidaklah hangat Tetap ramah tapi Tidaklah ramah Tetap elok tapi Tidaklah elok Tempat yang sama itu tidaklah berubah Asing itu dirimu sendiri, yang telah berubah Amed, 2011 Tidak sedikit orang yang kehilangan ikatan emosi dengan tempat ia dibesarkan/masa kecilnya ketika terlalu banyak perubahan. LEPAS DARI LEKATAN Benda itu du

PENCARIAN JAMU GEMUK SEHAT

Awalnya hari ini cuman mau nyariin oleh-oleh jamu untuk menggemukkan badan (jangan lihat badan saya, ini jamu untuk teman saya yang kalau kena angin kumbang, mungkin ikut terbang juga kayak kardus indomie isi 40 bungkus ketiup angin, saking ringannya), tapi akhirnya jadi melanglang buana keliling kota Cheeribon (sebutan Cirebon waktu walikotanya masih wong Londho). TKP 1 : Pusat oleh-oleh khas Cheeribon “Pangestu” Di sini juga saya cuman mau nyariin ikan asin jambal roti buah tangan untuk teman saya yang kayak kardus indomie isi 40 bungkus tadi. Yakin banget ini ikan asin pasti buat menambah selera makan dia yang kayak putri Indonesia (jaman jura).  Yee…pegimana mau gemuk.  Sambil nyari-nyari oleh-oleh khas Cheeribon yang lain, iseng-iseng saya tanya mbak penjaga yang manis tentang jamu yang konon manjur buat nggemukin badan. Penjaga yang sedari tadi dengan sabar dan ramah ngebantuin nyariin oleh-oleh langsung ngelihat badan saya dari ujung kepala sampai ujung kaki, sambil mikir. Be

Women and sexuality

"Itu ya Buk! masa waktu saya sebut istilah penis dan vagina, saya diprotes??!! itu kan istilah medis. Saya bingung mau pake istilah apa untuk menjelaskan penis dan vagina, ini kan seminar seksualitas." kata temanku yang notabene konselor suksualitas dan kesehatan reproduksi. Ini dua istilah bener-bener dianggap properti, boleh atau tidak disebut, apalagi dipakai. Dianggap tabu. Memang apa sih yang dipikirkan ketika dua nama ini disebut? "Saya dianjurkan untuk pakai istilah "kemaluan". Saya bilang sama peserta seminar: berarti kalian ini semua manusia yang malu-maluin dong. Pantas aja kalian tidak pernah bangga dengan diri kalian sendiri lha wong keluarnya aja dari kemaluan. Gimana kalo kita ganti dengan istilah "kebangaan"??? Huh, siapa sih yang punya prakarsa atas istilah "kemaluan" itu?" Dari perjalanan seminar di daerah Nusa Tenggara yang dilakukannya, ada banyak temuan tentang angka pernikahan dini, angka kehamilan yang tidak dii

Rindu Begawan

Ketika Kopi : absen, Rokok keretek: hadir Tahu goreng : ludes Katanya, kita ini butuh begawan, seperti jaman Greco Roman empire dulu yang para senatornya terdiri dari filsuf. Seperti kekaisaran Cina yang penasehatnya juga adalah seorang filsuf, untuk membuat suatu negara menjadi besar. Ceritera berlanjut ke perbandingan jaman Majapahit dulu, waktu "penasehat/pengasuh" raja-raja Jawa masih Sabdo Palon Noyo Genggong, kita sempat menjadi bangsa yang besar. Dipikir-pikir, sebenarnya yang penting itu besarnya (dari segi wilayah) atau namanya yang "besar". Tujuan apa yg sebenarnya ingin dicapai?  Apalah arti luas wilayah bila tidak mampu mempersatukan berbagai aspirasi rakyat yang mendiaminya? Hey, saya tahu pemikiran ini bisa jadi bahaya laten bagi persatuan dan kesatuan bangsa, yang dulunya punya 27 propinsi-yg menurut saya jumlah ini hanya alasan romantisme bapak no satu di Indonesia dulu terhadap kejayaan Majapahit- dan sekarang ada 36 propinsi. Buat saya, yang menyan

Ingin Baca Surat Cinta Sepasang Manula

Ingin sekali baca puisi atau surat cinta yang dibuat oleh seorang suami kepada istrinya yang sudah dinikahinya selama lebih dari 20 tahun. Ada yang punya? Saya sudah pernah baca surat cinta istri kepada suaminya yg sudah dinikahinya 10 tahun. Isinya: Pah, Jangan lupa bayar cicilan KPR, ada "salam" dari bank BTN, tunggakannya sudah lebih dari 3 bulan. Jangan lupa sebelum pulang ke rumah, bayar tagihan listrik, tadi hampir diputus. Oh, ya mama baru beli tas, cicilan sebulannya murah kok. Makasih ya Pah, cepat pulang, anak-anak sudah nunggu minta diajak makan malam untuk perayaan ultahnya. PS: mama tadi tarik uang untuk arisan. Cuma satu yang membuat saya iri melihat pasangan lain. Pasangan nenek-kakek yang masih bergandengan tangan. Diantara semua kisah cinta yang saya dengar selama ini, hanya satu kisah yang saya yakini itu cinta: adalah seorang istri yang mempersembahkan salah satu ginjalnya untuk sang suami yang divonis gagal ginjal. Diantara semua kisah patah hati yang saya

Running Around Inside The Labyrinth

From the holy cow shit; I learned about regret. The colour of regret is dark and gloomy. I felt like I always want to go back to where it begin, and I wish I could turn back time. I was stuck in an eternal emptyness, there was only space. Time is undefined, no begining, no end. Never move on, always go round and round at the same spot, the same story, the same people. And I realized, this is death. I learned about trust. Is there anything, just anything that or anyone who could save me from eternal emptyness? I just don't want to be here any longer. How can I keep myself alive within eternal emptyness? I need faith! I need to trust something, I need to believe in something, something that I can hold on to. Someone whom I can trust. Someone who can lead me back home, to where it begin. Out there, can not be trusted. I need to believe. I need faith. Lead me to the faith. And I found faith, it was so bright. Beautiful. I learned about be in the present. When you are in an eternal empt

Terjebak Ilusi (Infatuation)

Bahasa Inggrisnya bagus sekali, dalam bentuk tulisan. Ketika berbicara di dunia maya, isi pikirannya mengalir tanpa hambatan. Very attractive! I thought. Setelah sekian lama bertukar pikiran lewat dunia maya, dan "sedikit" membuntuti profile account nya hampir disetiap kesempatan, kami memutuskan untuk merasa tertarik satu sama lain. Kira-kira sudah lebih dari setahun lamanya, kami saling memelihara pikiran tentang satu sama lain. Saling berbagi, secara sehat, karena hanya berbagi pikiran dan perasaan. Saya mulai berfikir, ah....ini mungkin yang saya tunggu-tunggu. Dia menyukai saya tanpa ada kedekatan  fisik, dia menyukai opini-opini saya, dia punya ketertarikan akan hal yang sama, dan kami memandang sesuatu dari kacamata yang sama. Suatu hari kami sepakat untuk bertemu di salah satu belahan dunia realita. Pikiran saya mulai melayang, jantung berdegup, rasanya seperti hendak bersiap-siap ke medan peperangan yang sesungguhnya setelah simulasi dan stimulasi selama setah

KITE (letting go of your past)

Layangan : mainan yg terbuat dr kertas berkerangka yg diterbangkan ke udara dng memakai tali (benang) sebagai kendali. Bukan permainan tali kendali yang aku suka, proses menerbangkan layangan hingga melihat layang-layang terbang tinggi di awan membuat aku berfikir tentang banyak hal. Hari ini benang yang digunakan hanyalah tiga rol benang jahit tipis. Melihat kondisi benang, aku mulai berfikir, setinggi apa aku bisa menerbangkan layang-layang itu? Sekuat apa benang tipis itu menahan terpaan angin di atas sana? Perlahan dia bergerak melampaui pohon lamtaro, kemudian atap rumah, kemudian pohon kelapa...hingga akhirnya menembus batas perkiraan ketinggian. Hanya dengan benang jahit. Aku pikir benang layang-layang itu akan putus diterpa angin, ternyata tidak. Kucoba menyambung rol kedua, berhasil, layang-layang tersebut membumbung lebih tinggi lagi. Hentakan angin yang kurasakan dari menggenggam benang jahit mulai terasa lebih keras. Semakin tinggi layang-layang itu, semakin aku tah

Aku Siap Untuk Mati ?

Begini, kawanku terkasih, Hitung berapa banyak kawan dan lawanmu, Hitung berapa banyak yang kau kumpulkan, Hitung berapa banyak luka tersembuhkan, Hitung berapa tempat kau singgahi, Hitung berapa warna kehidupan kau kenali, Bila satupun, hingga detik ini, tidak ada yang membuatmu siap untuk mati esok hari Kuberitahu, kawan Kau lupa memberi